Tiga Cacing
Di suatu halaman rumah hiduplah tiga Cacing. Di pagi itu tiga Cacing mendengar kabar bahwa sang pemilik rumah akan memelihara ayam. Tiga Cacing tersebut segera berencana untuk menggali lubang sedalam mungkin agar, tidak dimakan oleh ayam yang akan dipelihara sang pemilik rumah tersebut. Tiga Cacing tersebut mulai menggali lubang. Cacing pertama menggali lubang sedalam 5 cm sementara, cacing kedua menggali lubang sedalam 7 cm, dan Cacing ketiga menggali lubang sedalam 60 cm. Cacing pertama dan Cacing kedua sudah selesai menggali sementara, Cacing ketiga masih terus menggali lalu, cacing pertama dan cacing kedua menghampiri cacing ketiga.
“Hei cacing, mengapa kau masih terus menggali?” Tanya cacing pertama.
“Iya, untuk apa kau terus menggali, aku yakin ayam milik tuan rumah tidak akan menggali tanah terlalu dalam,” kata cacing kedua.
“Apakah kalian yakin?” Balas cacing ketiga.
“Ya kami sangat yakin!” Cacing pertama dan kedua meyakinkan tetapi, cacing ketiga masih terus menggali sedalam mungkin.
Saat siang pun tiba para cacing sudah mulai tegang. Tuan rumah pun pulang dari membeli ayam di pasar burung lalu, melepas ayam-ayam itu di halaman. Para cacing pun dengan sekuat tenaga segera masuk ke dalam lubang mereka masing-masing. Ayam milik tuan rumah pun segera menggali-gali tanah di sekitarnya, dan ternyata ayam tersebut telah menemukan lubang milik cacing pertama, “Hei cacing, keluarlah kau dari persembunyianmu tok, petok, petokk,” kata ayam.
Cacing kesatu pun mulai cemas, ayam pun mulai menggali lubang milik cacing pertama. Cacing pertama pun segera menggali tanah menuju lubang cacing kedua. Ternyata ayam melihat hal tersebut ia pun segera mengikuti cacing pertama menuju lubang cacing kedua. Ayam pun menemukan lubang milik cacing kedua yang kedalamannya hanya 7 cm. “Haha, aku menemukan lubangmu cacing tok, petok, petok,” kata ayam sambil menggali-gali lubang milik cacing kedua. Ayam pun menemukan keberadaan dua cacing tersebut. Mereka segera menggali tanah dan menuju lubang milik cacing ketiga yang dalamnya sekitar 60 cm. Ayam pun mengikuti dua cacing tersebut.
Ayam pun menemukan lubang milik cacing ketiga, dua cacing tadi masih terus berjalan di lubang tersebut untuk menemukan cacing ketiga. Ayam beteriak, “Hei cacing-cacing, mau ke mana lagi kalian, aku telah menemukan kalian. Kalian tidak bisa pergi ke mana-mana lagi tok, petok, petok,” kata ayam. Dua cacing pun masih belum menemukan keberadaan cacing ketiga karena lubang yang ia buat sangatlah dalam. Ayam pun menggali-gali lubang milik cacing ketiga dan belum menemukan 3 cacing tersebut. Sampai akhirnya 2 cacing menemukan cacing ketiga sedang menggali lubang agar lebih dalam.
“Stop.. stop.. cukup sampai di sini saja!” teriak dua cacing tadi.
Cacing ketiga menoleh, “Mengapa kalian di sini? kembalilah ke lubang kalian masing-masing,” balas cacing ketiga.
“Ayam tidak bisa menemukan kita, lubang ini sudah cukup dalam,” kata cacing kedua. Cacing ketiga pun berhenti menggali. Mereka mendengar suara ayam dari dalam tanah.
“Hei di mana kalian wahai makananku tok, petok, petok!” Teriak ayam.
Cacing-cacing pun ketakutan. Ayam terus menggali-gali tanah hingga ia pun merasa kelelahan dan akhirnya meninggalkan lubang cacing tersebut lalu, mencari lubang cacing yang lain. Cacing-cacing tersebut sangat senang saat tidak lagi terdengarnya suara galian ayam tersebut. Cacing kesatu dan cacing kedua pun berterima kasih kepada cacing ketiga karena telah mengajarkan mereka bahwa, jika ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik harus dikerjakan dengan lebih giat dan tidak bermalas-malasan.
Komentar
Posting Komentar