Jadilah Seperti Kelinci
Dahulu kala, di hutan yang jauh dari kehidupan manusia, hiduplah beberapa hewan. Dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain, saling bekerja sama, dan mereka menganggap seperti keluarga walaupun berbeda jenis. Elin, adalah seekor kelinci betina. Ia sudah tidak memiliki orangtua sewaktu dia menatap dunia ini, tak ada yang tahu ke mana orangtuanya pergi, apakah mati? Entahlah. Bahkan dia tidak tahu orangtuanya siapa.
Elin adalah sosok yang sangat baik, sukamenolong, dan ramah. Setiap hewan yang ingin meminta bantuan kepadanya, ia tidak sungkan untuk membantu. Tetapi, takdir kehidupan tidak sesuai dengan kebaikannya. Elin memiliki salah satu kaki yang tidak sempurna seperti kelinci pada umumnya. Dulu, saat dia masih teramat kecil, ia pernah tertangkap oleh pemburu, saat itu kakinya yang satu dipotong si pemburu karena dia ingin dimasak. Semudah membalikkan telapak tangan, Tuhan memang baik dan amat sangat baik. Elin sempat melarikan diri saat pemburu tersebut pergi meninggalkannya sebentar untuk mengambil sesuatu, dan Elin memanfaatkan waktu itu untuk melarikan diri, kakinya yang satu pada saat itu bercucuran darah, dan dia lari ke tempat yang aman sekuat tenaganya walaupun dalam keadaan sakit. Haha, kelinci kecil yang hebat.
Tak jarang, jika ada beberapa hewan yang iseng dan suka mengejek, Elin terkadang mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan itu. Elin selalu sedih, jika ada hewan yang menghina dan mengejeknya. Tetapi itu bukan salah satu alasan untuk Elin berhenti menjalani hidup ini, karena menurut Elin kekurangan adalah semangat hidupnya. Dan dia tidak mempedulikan apa kata hewan lain tentang kekurangannya. Tono, seekor tupai jantan. Tono adalah salah satu hewan yang suka sekali mengejek, menghina, bahkan suka usil kepada Elin. Walaupun begitu, kebaikan Elin kepada Tono tidak pernah luntur. Di saat Tono mengejek atau usil kepadanya, Elin hanya diam. Dan di saat Tono meminta bantuan ke Elin, Elin selalu membantu. Pada suatu hari, Tono sedang duduk di bawah pohon di sekitar sungai dan ia merasa bosan, karena tidak ada hal yang asyik untuk dilakukannya. Tiba-tiba, ia melihat Elin dari kejauhan, timbul pikiran jahat si Tono untuk mengerjai si Elin, dan Tono mulai menyusun akal bulusnya.
“Aaaaa.. Nnggg… Hikss hikss.. hmm..” Tono menangis dengan sangat kencang, terdengar oleh si Elin, dan Elin menghampirinya.
“Hei Tono, kenapa kau bersedih?” tanya Elin, penasaran.
“Ngg.. Hikss.. Bis.. sa kah k..kau me..membantuku Elin?” ucap Tono sambil menangis.
“Ya! Tentu saja. Kau mau aku bantu apa?” ucap Elin.
“Bi-bisa kah k..kau meng..ambilkan bajuku y-yang ja tuh di..p-pinggiran sungai i-itu? Aku takuut a.. air,” jawab Tono dengan raut muka yang sedih.
“Tapi kan, danau itu penuh dengan buaya? Bagaimana bisa aku turun ke sana?”
“Kau tak bi..sa membantuku? I.. itu.. adalah baju pemberian Ibuku.” jawab Tono. Tangisan Tono sekarang semakin kencang, meyakinkan Elin supaya Elin kasihan kepadanya. Elin pun masuk ke perangkap Tono.
“Hmm, baiklah. Akan aku ambilkan bajumu. Aku akan turun ke bawah, tunggu sebentar ya!” ucap Elin, Elin tak kuasa melihat kesedihan Tono dan dia pun turun ke bawah untuk mengambilkan baju Tono yang jatuh di pinggiran sungai, walaupun Elin tahu di sungai itu banyak sekali buaya-buaya ganas yang sedang lapar, tetapi Elin seakan tidak mempedulikan bahaya yang akan mengancam dirinya. Tono pun tertawa jahat.
Saat Elin sudah berada di bawah pinggiran sungai, dia sedang berusaha untuk mengambil baju milik Tono yang saat itu bajunya sangat jauh dari jangkauan tangan Elin. Dari belakang, Tono diam-diam menghampiri Elin, dan tak lama.. Byuuaarr!!?! Tono mendorong Elin ke sungai, Tono tertawa jahat seakan tidak merasa berdosa. Sementara itu Elin yang berteriak minta tolong, terdengar oleh hewan-hewan yang lain. Kemudian, datanglah beberapa buaya ganas yang sedang lapar ke permukaan sungai dan semakin mendekati Elin. Tono yang melihat buaya itu, berharap Elin akan dimakan oleh si buaya. Tak sesuai dengan harapan, buaya tersebut malah menyelamatkan Elin dan buaya lainnya menangkap si Tono. Tak lama kemudian, datanglah beberapa hewan yang mendengar teriakan Elin tadi, yaitu gajah, jerapah, harimau, sapi, dan monyet. Mereka adalah sahabat baiknya si Elin.
“Elin.. Apakah kau baik-baik saja?” tanya sapi.
“Y.. ya, aku baik-baik saja,” jawab Elin.
“Hei Tono, kau kira kami akan memakan Elin? Hahaha, engkaulah yang akan kami makan,” jawab si buaya.
“Hei, ampunilah aku. Aku memang bersalah. Tolooong, jangan makan aku buaya! Elin, bilang kepadanya, selamatkan aku!” ucap Tono.
Elin yang melihat Tono, merasa kasihan.
“Hei buaya, lepaskanlah dia,” ucap Elin.
“Tapi dia sudah mencelakaimu!” ucap buaya.
“Tidak apa, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan,” jawab Elin sambil tersenyum.
“Terima kasih Elin atas kebaikanmu, aku tidak akan mengulanginya, aku janji,” ucap Tono.
“Iya, baiklah. Baguslah kalau memang begitu.” jawab Elin.
Dan mereka pun sekarang hidup tenang dan damai.
Mohon maaf, untuk mempublikasikan ulang sebuah cerita, tolong di masukkan nama pengarang, saya sebagai pengarang nya, merasa karya saya tidak dihargai
BalasHapus